Dari jendela kaca
aku termangu memandang bintang
menghitung, menconggak dan menilai
tidak terbilang
langit itu kelam
ada masa samar
dan kerdipan bintang di atas sana
ada yang tenggelam sirnanya
Terbit dari belahan jiwa
aku teringatkan tanggal ini 31 Disember 2008
genap setahun kutinggalkan musim ini
aku menghitung dan menconggak lagi
aku temukan diriku yang naif
aku sebatang tubuh yang serba kehilangan
aku yang dalam pencarian sifat mahmudah
Ketika langit bersiram kilat ciptaan manusia
akupun memunggah moment semalam
aku kutip untukku sematkan ke laman nurani
yang putih jadi petunjuk
yang hitam memagar diri
Aku tak pernah meratap
aku juga tak pernah merintih
aku sekadar mengeluh
bilakah sumpahan hidup akan cepat berakhir
Matahari 2009
simbahkan cahayamu ke tubuhku yang longlai
pinjamkan aku zatmu yang perkasa
kerana esok aku ingin bangkit
kerana esok biarlah semangatku pulih
agar kubisa terus bertarung
mencari yang mahmudah
mengisi semusim lagi usia yang merangkak
demi sebuah keredhaan
untuk Dia Yang Teratas
(suezz - ambang 2009 - pantai dalam)
Wednesday, December 31, 2008
Tuesday, December 23, 2008
Sang pemimpi II
Sesat dalam kemaruk cinta
jiwa tak ubah seperti belantara
landainya indah dari kejauhan
tapi aku tak bisa menemukan arah
pohon rendang sudah tak kuhiraukan
dedaun kering kurasakan basah
Aku yang tersasar menagih nikmat
mencari madu di antara tuba
pandanganku kabur
aku di alam yang kelam
sebentar kemudian aku tersentak
aduh! jemariku tersentuh duri
Aku rindukan ‘dia'
tapi entah bila rintihku ini akan bersambut
entah di dunia mana kitakan bersapa
(puterikata - 3.50pm - jln chan sow lin)
jiwa tak ubah seperti belantara
landainya indah dari kejauhan
tapi aku tak bisa menemukan arah
pohon rendang sudah tak kuhiraukan
dedaun kering kurasakan basah
Aku yang tersasar menagih nikmat
mencari madu di antara tuba
pandanganku kabur
aku di alam yang kelam
sebentar kemudian aku tersentak
aduh! jemariku tersentuh duri
Aku rindukan ‘dia'
tapi entah bila rintihku ini akan bersambut
entah di dunia mana kitakan bersapa
(puterikata - 3.50pm - jln chan sow lin)
Monday, December 15, 2008
Sang pemimpi
(sebelum aku titipkan puisi ini, kepala berdenyut menahan sakit...tapi aku takut frasa yang bergulung-gulung ini hilang dan aku pula sang pelupa, bergegas aku isi entry ini. Maaflah, kalau ada diksi yang tak seindah bulan)
aku mahu jadi sang pemimpi
biar mimpiku jadi hiburan
biar mimpiku jadi haluan
sebagai pengubat jiwa
sebagai penunjuk haluan
aku mahu menjadi sang pemimpi
yang menghambat kisah dari pelangi
yang munculnya hanya sesekali
tetapi cukup memberikan seri
aku mahu jadi sang pemimpi
yang tidak tidur di siang hari
yang tiada angan menakhluk matahari
dan di kanan kiriku biarlah bumi
yang menadah langit sepenuh takhjub
akulah sang pemimpi
yang lenaku sering tak panjang
sehingga mimpiku berkecai menjadi serpihan
ada yang hilang dibawa angin
ada yang tenggelam ke perut bumi
(putri suezz - 11.21 pm - 15 Dis 2008 - Desa Aman 2)
* kalau ada idea, puisi ini boleh bersambung, tengoklah nanti
aku mahu jadi sang pemimpi
biar mimpiku jadi hiburan
biar mimpiku jadi haluan
sebagai pengubat jiwa
sebagai penunjuk haluan
aku mahu menjadi sang pemimpi
yang menghambat kisah dari pelangi
yang munculnya hanya sesekali
tetapi cukup memberikan seri
aku mahu jadi sang pemimpi
yang tidak tidur di siang hari
yang tiada angan menakhluk matahari
dan di kanan kiriku biarlah bumi
yang menadah langit sepenuh takhjub
akulah sang pemimpi
yang lenaku sering tak panjang
sehingga mimpiku berkecai menjadi serpihan
ada yang hilang dibawa angin
ada yang tenggelam ke perut bumi
(putri suezz - 11.21 pm - 15 Dis 2008 - Desa Aman 2)
* kalau ada idea, puisi ini boleh bersambung, tengoklah nanti
Sunday, December 14, 2008
Menanti sebuah jawapan
Pernah suatu ketika dahulu aku terfikirkan dia
aku melewati musim bunga dan luruh bersamanya
aku merentasi laut duka dan gembira berdua
tiba masa, aku perlukan layar sendiri
mencari destinasi yang bukan dipimpin olehnya
menyentuh matahari yang ditakdirkan untukku
menemui sebuah jawapan yang aku sendiri belum pasti
akan kebenarannya
bila radio berbisik, aku terdengar lagu ini
pantas, dia datang menghampiriku...
Menanti sebuah jawapan
(sebuah lagu kumpulan Padi)
aku tak bisa luluhkan hatimu
dan aku tak bisa menyentuh cintamu
seiring jejak kakiku bergetaraku tlah terpaut oleh cintamu
menelusup hariku dengan harapan
namun kau masih terdiam membisu
[reff]
sepenuhnya aku ingin memeluk
mumendekap penuh harapan tuk mencintaimu
setulusnya aku akan terus menunggu
menanti sebuah jawaban tuk memilikimu
betapa pilunya rindu menusuk jiwaku
semoga kau tahu isi hatiku
dan seiring waktu yang terus berputar
aku masih terhanyut dalam mimpiku
(lagu ini mengingatkan aku pada seseorang...seseorang yang aku tak bisa luluhkan hatinya,
seseorrang yang ingin aku sentuhinya dan aku juga ingin disentuhi olehnya)
aku melewati musim bunga dan luruh bersamanya
aku merentasi laut duka dan gembira berdua
tiba masa, aku perlukan layar sendiri
mencari destinasi yang bukan dipimpin olehnya
menyentuh matahari yang ditakdirkan untukku
menemui sebuah jawapan yang aku sendiri belum pasti
akan kebenarannya
bila radio berbisik, aku terdengar lagu ini
pantas, dia datang menghampiriku...
Menanti sebuah jawapan
(sebuah lagu kumpulan Padi)
aku tak bisa luluhkan hatimu
dan aku tak bisa menyentuh cintamu
seiring jejak kakiku bergetaraku tlah terpaut oleh cintamu
menelusup hariku dengan harapan
namun kau masih terdiam membisu
[reff]
sepenuhnya aku ingin memeluk
mumendekap penuh harapan tuk mencintaimu
setulusnya aku akan terus menunggu
menanti sebuah jawaban tuk memilikimu
betapa pilunya rindu menusuk jiwaku
semoga kau tahu isi hatiku
dan seiring waktu yang terus berputar
aku masih terhanyut dalam mimpiku
(lagu ini mengingatkan aku pada seseorang...seseorang yang aku tak bisa luluhkan hatinya,
seseorrang yang ingin aku sentuhinya dan aku juga ingin disentuhi olehnya)
Friday, December 12, 2008
sabar
ingin ku lukiskan sabar
seindah bunga
yang mewangi seluruh taman
yang indah bila dipandang
yang mekarnya mendamaikan rasa
ingin ku nyanyikan sabar
seindah zikir rindu
yang memuja sang pencipta alam
biar lunaknya bisa menyejukkan durjana sang api
dari tujuh petala bumi
dari tujuh petala langit
dari tujuh lautan bara
inginku ku zahirkan sabarku ini
jadi lukisan hati
agar menjadi sebuah seni
yang agungnya tersimpan di puncak katarsis
(putri suezz - 12 tengah malam - 12 disember 08 - desa aman)
seindah bunga
yang mewangi seluruh taman
yang indah bila dipandang
yang mekarnya mendamaikan rasa
ingin ku nyanyikan sabar
seindah zikir rindu
yang memuja sang pencipta alam
biar lunaknya bisa menyejukkan durjana sang api
dari tujuh petala bumi
dari tujuh petala langit
dari tujuh lautan bara
inginku ku zahirkan sabarku ini
jadi lukisan hati
agar menjadi sebuah seni
yang agungnya tersimpan di puncak katarsis
(putri suezz - 12 tengah malam - 12 disember 08 - desa aman)
Thursday, December 11, 2008
Tersanjung
untukmu yang tersanjung
walau segunungpun keringat telah kutumpahkan
masih tidak mampu membanjiri lembah jasamu
masih jauh daripada membasahi banjaran kasihmu
didadaku seperti ada api membuihkan keringat yang basah
seolah-oleh ada pembuluh darahku yang tersekat
di sudut jantungku
seperti ada ruang yang tidak terterjah oleh nafas
dalam samar kabus dinihari
aku termangu di pohon rindu
membilang dedaun kenangan
jemariku berpaut di dahan resah
aku sandarkan kecewa di perdu harapan
mengharap akar naluriku utuh
terus menyusup ke dasar rasa
agar zat anugerah itu masih mampu kudakap
frasa-frasa ini sekadar seuntai kata
yang terpacul tanpa diundang mengisi rohaniku
untuk kusampaikan pada semilir angin yang berlari perlahan
wahai bayu tiupkan bahasa rinduku ini
ke lembah tempat tumpah darahku....
wahai alam sampaikanlah salamku yang sepi
buat desa tercinta
buat insan-insan tersanjung
yang sentiasa basah dalam ingatanku...
(putri suezz - 11 disember 08 - 11.56pm - desa aman)
walau segunungpun keringat telah kutumpahkan
masih tidak mampu membanjiri lembah jasamu
masih jauh daripada membasahi banjaran kasihmu
didadaku seperti ada api membuihkan keringat yang basah
seolah-oleh ada pembuluh darahku yang tersekat
di sudut jantungku
seperti ada ruang yang tidak terterjah oleh nafas
dalam samar kabus dinihari
aku termangu di pohon rindu
membilang dedaun kenangan
jemariku berpaut di dahan resah
aku sandarkan kecewa di perdu harapan
mengharap akar naluriku utuh
terus menyusup ke dasar rasa
agar zat anugerah itu masih mampu kudakap
frasa-frasa ini sekadar seuntai kata
yang terpacul tanpa diundang mengisi rohaniku
untuk kusampaikan pada semilir angin yang berlari perlahan
wahai bayu tiupkan bahasa rinduku ini
ke lembah tempat tumpah darahku....
wahai alam sampaikanlah salamku yang sepi
buat desa tercinta
buat insan-insan tersanjung
yang sentiasa basah dalam ingatanku...
(putri suezz - 11 disember 08 - 11.56pm - desa aman)
Saturday, December 6, 2008
6 Disember 2006
Suatu hari bernama 6 Disember 2008
aku termanggu di hujung beranda
menghirup bayu sebelum senja
aku mencari kata yang bermakna
untuk mencoretkan kalimah yang datang
tanggal ini aku kembali ke lembah cahaya
pernah dua tahun lalu
ada embun gugur dari kolam mataku
aku tersedu namun tangisku senyum dalam terharu
kala itu emosiku berkata
ada hujan rahmat di luar bangunan
ingin kusapa langit
mengucap syukur padamu Ilahi
tapi langkahku tersekat
kerana dipangkuanku ada jasad yang mahu disusukan
6 Disember itu
embun dari hujung mataku laju berguguran
setitis mengenai pipinya
saat bibir mudanya menghirup susu yang manis
yang mengalir dari tubuhku
Tuhanku...anugerah apakah ini
yang tidak pernah kusedari
sehingga usiaku menginjak dewasa
dewasa dalam erti yang sebenar
anugerah yang tidak pernah kuminta penjelasan
daripada ibuku yang tak pernah meminta
fajar 6 Disember 2006pun tersenyum
seolah-olah dari ufuk kunampak sirnanya
kuharapkan setiap urat fajar yang menyingsing
semuanya untuk puteraku sayang
putera yang lahir dari tubuhku
benih cinta yang aku bajai
nun di sudut rahim
hari ini 6 Disember menerpa ke mukaku
sudah genap dua tahun kutinggalkan tarikh itu
tapi seakan semalam aku masih di kamar itu
ditemani sang penjaga yang diutuskan untukku
hari ini aku menoleh semula
catatanku pada selembar kertas merah
bahawa akan aku raikan tarikh ini
tapi janjiku terlepas dari genggaman
kubiarkan detik ini tanpa tanda
kerana ada malapetaka lain yang melanda
terharuku bertukar rona
ada ribut yang datang menderu
memusnahkan ruang bahagia
menukar 6 Disemberk menjadi duka
mujurlah ribut itu bukan untukku
kerana aku masih bersama jasad dipangkuanku dulu
jasad yang kini bertukar menjadi sang wira
yang tidak takut pada taufan
yang tidak gementar di lambung ke awan
aku cukup bahagia
satu rasa yang sangat ironi
buatmereka yang di lereng durjana
lereng yang menelan ramai saudaraku
saudara sebangsa
saudara senegara
untuk anak yang lahir tanggal ini
ingatlah
kebahagiaanmu mungkin kedukaan makhluk lain
hanya itu pesanku buatmu
sebelum kututup intonasi kataku di sini
yang tidak bernokhtah buatmu
pada 6 Disember ini
ingin kulukiskan potret hakiki
tanda sayang dan kasih dari rahim seorang ibu
selamat hari lahir anakku sayang
selamat datang menempuh cubaan
(dipetik daripada himpunan puisi kumpulan tiada nama)
aku termanggu di hujung beranda
menghirup bayu sebelum senja
aku mencari kata yang bermakna
untuk mencoretkan kalimah yang datang
tanggal ini aku kembali ke lembah cahaya
pernah dua tahun lalu
ada embun gugur dari kolam mataku
aku tersedu namun tangisku senyum dalam terharu
kala itu emosiku berkata
ada hujan rahmat di luar bangunan
ingin kusapa langit
mengucap syukur padamu Ilahi
tapi langkahku tersekat
kerana dipangkuanku ada jasad yang mahu disusukan
6 Disember itu
embun dari hujung mataku laju berguguran
setitis mengenai pipinya
saat bibir mudanya menghirup susu yang manis
yang mengalir dari tubuhku
Tuhanku...anugerah apakah ini
yang tidak pernah kusedari
sehingga usiaku menginjak dewasa
dewasa dalam erti yang sebenar
anugerah yang tidak pernah kuminta penjelasan
daripada ibuku yang tak pernah meminta
fajar 6 Disember 2006pun tersenyum
seolah-olah dari ufuk kunampak sirnanya
kuharapkan setiap urat fajar yang menyingsing
semuanya untuk puteraku sayang
putera yang lahir dari tubuhku
benih cinta yang aku bajai
nun di sudut rahim
hari ini 6 Disember menerpa ke mukaku
sudah genap dua tahun kutinggalkan tarikh itu
tapi seakan semalam aku masih di kamar itu
ditemani sang penjaga yang diutuskan untukku
hari ini aku menoleh semula
catatanku pada selembar kertas merah
bahawa akan aku raikan tarikh ini
tapi janjiku terlepas dari genggaman
kubiarkan detik ini tanpa tanda
kerana ada malapetaka lain yang melanda
terharuku bertukar rona
ada ribut yang datang menderu
memusnahkan ruang bahagia
menukar 6 Disemberk menjadi duka
mujurlah ribut itu bukan untukku
kerana aku masih bersama jasad dipangkuanku dulu
jasad yang kini bertukar menjadi sang wira
yang tidak takut pada taufan
yang tidak gementar di lambung ke awan
aku cukup bahagia
satu rasa yang sangat ironi
buatmereka yang di lereng durjana
lereng yang menelan ramai saudaraku
saudara sebangsa
saudara senegara
untuk anak yang lahir tanggal ini
ingatlah
kebahagiaanmu mungkin kedukaan makhluk lain
hanya itu pesanku buatmu
sebelum kututup intonasi kataku di sini
yang tidak bernokhtah buatmu
pada 6 Disember ini
ingin kulukiskan potret hakiki
tanda sayang dan kasih dari rahim seorang ibu
selamat hari lahir anakku sayang
selamat datang menempuh cubaan
(dipetik daripada himpunan puisi kumpulan tiada nama)
Tuesday, December 2, 2008
hati yang kecewa
aku hilang rasa
emosiku basah dalam taufan menggila
resahku belum hilang
kecewaku datang berganda
emosiku basah dalam taufan menggila
resahku belum hilang
kecewaku datang berganda
harus bisu atau jerit
dalam getar suaraku beralun
lembut melontarkan intonasi kata
dalam tubuhku
terasa darah memecut laju
merentasi alur-alur urat
seperti ingin memecah pembuluh darah
ia bagai satu sumpahan
itu puncanya aku enggan berkata-kata
agar diamku dimengertikan semua
biar jemariku sahaja yang berlari-lari
mencari punat kekunci komputer
mencari abjad yang paling afdal
demi melukis hirisan jiwaku
(putri suezz - 6.55 pm - 2/12/08)
lembut melontarkan intonasi kata
dalam tubuhku
terasa darah memecut laju
merentasi alur-alur urat
seperti ingin memecah pembuluh darah
ia bagai satu sumpahan
itu puncanya aku enggan berkata-kata
agar diamku dimengertikan semua
biar jemariku sahaja yang berlari-lari
mencari punat kekunci komputer
mencari abjad yang paling afdal
demi melukis hirisan jiwaku
(putri suezz - 6.55 pm - 2/12/08)
Thursday, November 27, 2008
teman hati
aku sering bertanya
siapakah teman hati
kalau secara selamba teman hati aku adalah puntung-puntung rokok
setiap sedutan tembakau masuk ke dada
asap-asap hitam itulah yang menemankan hatiku
masuk ke hulu hati, menyusup dan kemudian keluar semua ke rongga kerongkong
terhembus dan menciptakan kepulan asap putih bercampur kelabu ke ruang udara
aku tenang seketika membayangkan ada luahan telah kubiarkan bebas!
kusedut lagi, kali ini kutelan dalam-dalam
kemudian kuhembus jauh-jauh, biar ia lepas pergi
sampailah puntung rokok itu makin pendek
habis, dan puntung baru menanti untuk aku nyalakan
rokok itu ibarat pelita...cuma tak menyala
baranya sahaja yang dapat dilihat
apinya bersembunyi dalam dada
cuma asapnya sahaja yang bermaharajalela keluar berkepul-kepul
aku bertanyakan diri sendiri
siapakah teman hati
hatiku membisikkan intonasi sepi
katanya, ia sunyi
sesunyi malam tanpa bintang
sesunyi fajar tanpa pagi
yang ada cuma semilir angin
yang bertiup tanpa desir
kucapai puntung demi puntung
masih tidak kutemui jawapan
dari kejauhan ada suara melarang
tapi tidak kuendahkan
aku berdiam dengan jutaan kata yang tidak terucap
aku membisu dengan ribuan alasan tidak bertepi
saat ini aku masih tertanya-tanya
siapakah teman hati
masih tidak kutemui...
aku teringatkan sejadah yang lama terbiar
ingin aku sujud kepadaNya
ingin aku membilang nama Tuhan
tapi aku sering lalai
adakah ini punca hatiku sepi...
aku menahan sebak...mengharap fajar esok tidak sesunyi pagi ini
(putrisuezz 27 Disember 4.40 petang)
siapakah teman hati
kalau secara selamba teman hati aku adalah puntung-puntung rokok
setiap sedutan tembakau masuk ke dada
asap-asap hitam itulah yang menemankan hatiku
masuk ke hulu hati, menyusup dan kemudian keluar semua ke rongga kerongkong
terhembus dan menciptakan kepulan asap putih bercampur kelabu ke ruang udara
aku tenang seketika membayangkan ada luahan telah kubiarkan bebas!
kusedut lagi, kali ini kutelan dalam-dalam
kemudian kuhembus jauh-jauh, biar ia lepas pergi
sampailah puntung rokok itu makin pendek
habis, dan puntung baru menanti untuk aku nyalakan
rokok itu ibarat pelita...cuma tak menyala
baranya sahaja yang dapat dilihat
apinya bersembunyi dalam dada
cuma asapnya sahaja yang bermaharajalela keluar berkepul-kepul
aku bertanyakan diri sendiri
siapakah teman hati
hatiku membisikkan intonasi sepi
katanya, ia sunyi
sesunyi malam tanpa bintang
sesunyi fajar tanpa pagi
yang ada cuma semilir angin
yang bertiup tanpa desir
kucapai puntung demi puntung
masih tidak kutemui jawapan
dari kejauhan ada suara melarang
tapi tidak kuendahkan
aku berdiam dengan jutaan kata yang tidak terucap
aku membisu dengan ribuan alasan tidak bertepi
saat ini aku masih tertanya-tanya
siapakah teman hati
masih tidak kutemui...
aku teringatkan sejadah yang lama terbiar
ingin aku sujud kepadaNya
ingin aku membilang nama Tuhan
tapi aku sering lalai
adakah ini punca hatiku sepi...
aku menahan sebak...mengharap fajar esok tidak sesunyi pagi ini
(putrisuezz 27 Disember 4.40 petang)
Monday, November 17, 2008
puteraku pun mula berkata
Hari-hari yang kulalui tidak pernah sunyi
kenapa hari in baru kusedar
kenapa tidak semalam atau kelmarin
nasib baik tidak esok ataupun lusa
Mulanya melihat si kecil baru belajar tersenyum
seketika kemudian tangannya mengoleng-oleng
bibirnya muncung terjuih, dalam hati aku berkata 'mungkin lapar si asyraf ini'
benar, itu isyaratnya
saat puting susu singgah di bibir, cepat disambarnya
sama tak ubah seperti anak burung yang ternganga-nganga menanti ulat dari paruh sang ibunya
Aku masih ingat
selepas hampir dua bulan di Terengganu
kamipun pulang semula ke rumah di Desa Aman
aku mula menggeledah bungkusan hadiah untuk si kecilku
kujumpa sejenis mainan
kukira lebih mudah untuk melekakan si kecilku kala aku sibuk untuk mandi atau sebagainya
usianya baru dua bulan tapi mata dan bibirnya seperti hendak berkata 'seronoknya dapat main'
bukan main lagi seronoknya dia, diberi mainan warna-warni
si dinosour warna hijau, kuning dan jingga itu seperti temannya
Kemudian dia yang intim kusapa asyraf sudah pandai merangkak
melompat satu tangga tumbesarananya
kerana tidak melalui proses menginsuk selepas pandai meniarap
serata rumah dijelajahnya
seumpama dialah yang paling berkuasa sampai lebam lututnya
tidak dia peduli
Sayang, kasih dan rindu
usah dikira, dihitung atau dicatit dengan biru dakwat dari tujuh lautan sekalipun
masih tidak cukup untuk mempuisikan mutiara kata aku untuknya
walaupun aku bukan ibu yang sempurna
selalu tinggal-tinggal si anak dek leka bekerja
tapi sayang dari cakerawala dadaku ini hanya untuk dia...
kenapa hari in baru kusedar
kenapa tidak semalam atau kelmarin
nasib baik tidak esok ataupun lusa
Mulanya melihat si kecil baru belajar tersenyum
seketika kemudian tangannya mengoleng-oleng
bibirnya muncung terjuih, dalam hati aku berkata 'mungkin lapar si asyraf ini'
benar, itu isyaratnya
saat puting susu singgah di bibir, cepat disambarnya
sama tak ubah seperti anak burung yang ternganga-nganga menanti ulat dari paruh sang ibunya
Aku masih ingat
selepas hampir dua bulan di Terengganu
kamipun pulang semula ke rumah di Desa Aman
aku mula menggeledah bungkusan hadiah untuk si kecilku
kujumpa sejenis mainan
kukira lebih mudah untuk melekakan si kecilku kala aku sibuk untuk mandi atau sebagainya
usianya baru dua bulan tapi mata dan bibirnya seperti hendak berkata 'seronoknya dapat main'
bukan main lagi seronoknya dia, diberi mainan warna-warni
si dinosour warna hijau, kuning dan jingga itu seperti temannya
Kemudian dia yang intim kusapa asyraf sudah pandai merangkak
melompat satu tangga tumbesarananya
kerana tidak melalui proses menginsuk selepas pandai meniarap
serata rumah dijelajahnya
seumpama dialah yang paling berkuasa sampai lebam lututnya
tidak dia peduli
Sayang, kasih dan rindu
usah dikira, dihitung atau dicatit dengan biru dakwat dari tujuh lautan sekalipun
masih tidak cukup untuk mempuisikan mutiara kata aku untuknya
walaupun aku bukan ibu yang sempurna
selalu tinggal-tinggal si anak dek leka bekerja
tapi sayang dari cakerawala dadaku ini hanya untuk dia...
Thursday, October 30, 2008
bisu
aku terbisu dalam selaut kata
yang tersurat tidak mampu diterjemah
yang tersirat tak terluah
ekspresiku luluh dalam emosi yang dingin
yang tersurat tidak mampu diterjemah
yang tersirat tak terluah
ekspresiku luluh dalam emosi yang dingin
Wednesday, October 29, 2008
frasa pertama
kerana yang pertama itu paling penting bukan...
jadi aku mulakan kata ini secara aku
tiada bombastik
tiada yang sarkastik
kerana yang pertama itu permulaan
ucaplah ia dengan bismillah
kerana ia afdal
untuk mencari reda
kerana yang pertama itu satu
maka harus ada duanya
ada bukan untuk tiada
kerana tiada itu kosong...
jadi aku mulakan kata ini secara aku
tiada bombastik
tiada yang sarkastik
kerana yang pertama itu permulaan
ucaplah ia dengan bismillah
kerana ia afdal
untuk mencari reda
kerana yang pertama itu satu
maka harus ada duanya
ada bukan untuk tiada
kerana tiada itu kosong...
Subscribe to:
Posts (Atom)